Rabu, 27 Mei 2015

Vitamin Laut dari Selatan Jawa Timur

,
Lupakan kenyamanan dunia modern saat memasuki kawasan hutan konservasi yang menyembunyikan sebuah laguna nan memukau di Jawa Timur. Kawasan terpencil yang tenar di kalangan wisatawan tersebut bernama Pulau Sempu. Lokasinya berada di pantai selatan Kabupaten Malang dan secara administratif masuk Desa Tambak Rejo Desa, Kecamatan Sumbermanjing Wetan. 

Pulau Sempu berada tak jauh dari Pantai Sendang Biru. Dari Kota Malang, lokasinya  sekira 80 kilometer dan dari ibu kota Jawa Timur, yaitu Surabaya, jaraknya sekira 180 kilometer.  Pulau yang ditumbuhi pepohonan tropis seluas 877 hektar ini adalah cagar alam yang di kelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur (BBKSDA) dan Departemen Kehutanan Indonesia. Secara resmi tempat ini diakui sebagai cagar budaya sejak 1928 pada masa pemerintahan Hindia Belanda (Sumber: Wikipedia.com).

Daya tarik utama pulau kecil nan cantik ini adalah Laguna Segara Anakan yang terletak sekira 2,5 km arah selatan pulau. Tersembunyi jauh di lingkar hutan tropis yang lebat, laguna seluas sekira 4 hektar tersebut merupakan tempat yang menawan. Pantai berpasir putih bertemu dengan birunya air yang tenang dan terpisah dari lautan lepas sebab dikelilingi batuan karang. Air di Laguna Segara Anakan ini tenang dan karenanya merupakan tempat yang sempurna untuk berenang. Dengan lokasinya yang terpencil dan jalur yang agak sulit diakses, Segara Anakan menyuguhkan suasana intim dan privat. 

Mulailah ekspedisi kami, planning berawal dari silaturahmi Hari Raya Idul Fitri di rumah teman kami Faridah, bertempat di Dalegan, Panceng, Gresik (500 meter dari Pantai Dalegan). Kami memilih pulau sempu menjadi Trip kami selanjutnya, sebelumnya adalah Pantai Unggapan, Bajol Mati, dan Goa Cina, Malang. Di pilihlah bulan september eksekusi TNCBT DOLEN PULAU SEMPU.

Bergabunglah 9 ekor di hari eksekusi, mereka adalah Chip (Saya), Billy, Edi, Falud, Hisyam, Yasin, Vivi, Joe, dan Hilya. Berawal Chip (Saya), Edi, Billy, Falud, Vivi, dan Joe, karena kami ber-enam tinggal di Kota Surabaya (Kuliah). Pukul 6 PM kami ber-enam janjian di depan kampus saya, yaitu di Alfamart UPN. Pukul 7.30 PM kami bergegas menuju Kota Malang, tak lupa kami panjatkan doa (di depan Kos saya) yang dipimpin langsung oleh Edi Rosyadi dan bergegaslah kami menuju kota Apel malang.

Perjalanan menuju Pantai Pasir Panjang, Pulau Sempu, Malang
Sahabat adalah keperluan jiwa yang mesti di penuhi. 
Dialah ladang hati yang kau taburi dengan kasih dan kau subur dengan penuh       Rasa terima kasih. Dan dia pulalah naugan dan pendiangmu karena kau             Menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa Memerlukan               Kedamaian. 
- Kahlil Gibran -


Tibalah kami di Kota Malang sekitar pukul 11 PM. Lalu menuju kediaman sementara (Kost) Hilyatul Afkar, karena ingin mengantarkan paketan atas nama Qurrotus Shofiyah (Vivi) dan Jachrotul Maknunah (Joe) untuk beristirahat hingga pagi datang. Dan kami pun, para cowok langsung menuju Kediaman sementara Muhammad Yasin (MAT) yang lumayan jauh dari kosannya Hilya tadi. Planning kami berangkat keesokan harinya (Sabtu/September), malam sabtunya kami beristirahat untuk mengumpulkan tenaga untuk keesokan harinya. Oiyah, ini Trip kami, sahabat SMA yang selalu kompak dalam hal Jalan-Jalan. Sebut saja Genk kami adalah TNCBT, yang singkatannya adalah The North Classes Beside Toilet. Kalian pasti tahukan artinya, dan pasti tahu filosofinya juga. 

Pukul 6 AM kami sepakat untuk berkumpul di depan kost kediaman Hilya, tak lupa kami buka janjian kami dengan sarapan bareng. Makanan khas mahasiswa menjadi Sarapan kami, lalapan (Malang)/Penyetan (Surabaya), seharusnya tidaklah baik kan makan sambel di pagi hari, tapi ya sudahlah, itu adanya.

Sekitar pukul 7.00 AM kami mulai perjalanan kami menuju Pantai Sendang Biru, Pantai ini menjadi pelabuhan kami sebelum menyebrang ke Pulau Sempu. Perjalanan kami terasa santai, karena memang kami anak Pantai, 6 jam kami baru sampai di Pantai Sendang Biru. Banyak kejadian-kejadian yang cukup asyik di perjalanan menuju Pantai Sendang Biru. Salah satunya adanya Pawai Budaya di tengah perjalanan kami, tak tahu tepatnya kami berada di daerah mana, yang pasti itulah kearifan lokal yang harus di lestarikan. Karena adanya pawai budaya tersebut, jalan utama pun ditutup, akhirnya kami mencari jalan tikus di daerah situ, sempat rombongan kami tersesat, tapi itu tak jadi masalah. Karena itu saya bisa menceritakan disini. Kisah asyik di kota Malang. 



Pantai Segoro Anakan, Pulau Sempu, Malang.
  Satu lidi mungkin sangat rapuh, namun jika dikumpulkan akan sangat               Sulit untuk dipatahkan.
- mh. chifdzuddin - 

Sekitar pukul 1 PM Sampailah kami di Pantai Sendang Biru di sambutlah kami oleh pantai nan indah, suara pengunjung yang menggelegar, dan petugas karcis yang cukup rama. masuklah kami dengan menunggangi 5 motor dan menuju tempat parkir selama kami nge-camp di Pulau Sempu. Ini total biaya kami dari pintu masuk sampai sewa perahu.

Karcis Pintu Masuk : 5 @motor x 5.000 = Rp. 25.000,-
Parkir 2 hari 1 Malam : 5 @motor x 10.000 = Rp. 50.000,-
Administrasi di kantor Konservasi : 9 @orang = Rp. 10.000,-
Tour Gate : 1 @orang = Rp. 100.000,-
Perahu : 1 @perahu = Rp. 100.000,- (Pulang-Pergi)

Nah, itulah rinciannya anggaran kami kemarin di Pulau Sempu. Sebelumnya di Malang kami bersembilan sudah iuran Rp. 50.000,-.

Setelah di memakirkan motor, bergegaslah kami ke kantor konsevasi di pantai Sendang Biru, melaporkan bahwa kami bersembilan akan berkunjung ke Pulau Sempu. Mendapat arahan dari kepala konservasi, apa-apa saja pantangan dan larangan selama berada di Pulau Sempu. Dan dari situ kami mendapatkan Tour gate dari pilihan kepala konservasi tersebut. Tour gate kami adalah Mas Sulthon, beliau adalah salah salah satu tour gate dari 3 tour gate yang bisa berbahasa inggris. Mas bercerita kalau dia sebelumnya menjadi tour gate wisata di Bali, kata dia (Mas Sulthon) bisa berbahasa inggris secara otodidak di lapangan. Hebatkan dia...




Pantai Pasir Panjang Pulau Sempu Malang
 nda mungkin bukan atlet olahraga, tapi anda tetap membutuhkan olahraga.          - mh. chifdzuddin - 

Sepakatlah harga mas sulthon kepada kami bersembelan, yaitu Rp. 100.000,- sekali antar. Mahsutnya biaya mengantar kami ke pulau sempu, sampai ke tujuan pantai yang kami inginkan. Kami memilih pantai yang sepi pengunjung, karena kami ingin merasakan kebersamaan di tengah kesunyian pantai. Kami memilih Pantai Pasir Panjang, lumayan jauh dari pantai incaran para pengunjung (pantai segoro anakan). Sebenarnya dari pihak kepala konsevasi, kami tidak di ijinkan untuk bermalam di pantai pasir panjang, ya karena disana tidak ada pengunjungnya, takutnya kalau terjadi apa-apa, kan repot juga jadinya. Maklumlah anak muda, egois dan rasa ingin tahunya yang tinggi. Sebenarnya kami memilih pantai yang sepi karena kami ingin menikmati pantai dengan nyaman, tanpa ada suara-suara manusia yang menggelegar, kami ingin menikmati kesunyian pantai, hanya ada ombak yang mengiringi kebersamaan kami. 

Sepakatlah Mas Sulthon mengantar kami ke pantai pasir panjang, dengan catatan kalau ada apa-apa jangan salahlah Mas Sulthon. Sebenarnya Mas Sulthon sendiri melarang kami, tapi kami tetap bersih kukuh ingin kesana. Jalan menuju pantai tersebut berliku-liku, naik turun bukit, dan di temani suara-suara burung-burung yang menikmati kebebasan di alam liar. Melihat ke kanan dan ke kiri benar - benar kita berada di tengah hutan yang lebat nan hijau. Sesekali canda tawa kami lantunkan di perjalanan, saling membully, saling menyemangati, saling membantu satu sama lain. Saya tak membayangkan kalau waktu itu hujan, pasti jalan setapak ini (Pulau sempu) sulit di lewati. Karena memang jalan setapak yang kami lewati adalah tanah liat yang mengeras. beruntunglah kami kesana pada waktu musim kemarau, jadi jarang hujan. 




Pantai Sendang Biru, Malang
Tersenyumlah dalam mengawali hari, karena itu menandakan bahwa kamu siap menghadapi hari dengan penuh semangat!
- mh. chifdzuddin - 

Perjalanan kami dari Teluk Semut menuju Pantai Pasir Panjang 3,5 jam, padahal seharusnya hanya bisa di tempu 1,5 jam. Maumlah, lebih banyak istirahatnya. Sampailah kami di pantai dua puteri, saya pikir itu sudah sampai di pantai pasir panjang, ternyata belum. Kami harus meliwati satu bukit lagi dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. kami harus menuruni bebatuhan besar dan curam sekali. Ibarat di kampus kayak main panjat tebing. Sungguh sangat-sangat meneggangkan dan mengasyikan. 

Sekitar pukul 5 PM sampailah kami di Pantai tujuan kami, Pantai Pasir Panjang. Pantai memanglah cantik dan memanjang. makanya nama pantainya adalah pantai pasir panjang. Ketika sampai, kami di sambut kawanan monyet yang cukup banyak, awalnya sih risih adanya monyet-monyet tersebut, tapi akhir kami senang karena monyet menjadi objek mainan kami. Haha. Sambil mendirikan tenda, karena bulan mulai menampakan diri di hadapan kami. 2 tenda yang kami bawah, kami dirikan untuk 9 anak. kebayang nggak, muat apa nggaknya 2 tenda untuk bersembilan anak?, yang pasti tak akan muat. Karena di sekitar tenda kita, banyak kawanan monyet, akhirnya kami membagi dua shift tidur di tendanya. 





Pantai Dua Putri, Pulau Sempu, Malang
Ku cinta hijaunya alammu. Ku cinta birunya lautmu. Ku cinta semua yang           Ada, padamu Indonesiaku. 
- Enda - 

Pukul 7 PM kami menyantap bekal kami yang kami bawah dari Malang. Menu itu terasa nikmat walaupun hanya berlauk tahu, tempe, dan mie. Di temani hembusan angin pantai, suara ombak yang berirama makanan itu terasa nikmat, di tambah dengan kebersamaan kami bersembilan. 8 sahabat yang WOW bagi saya pribadi. 

Setelah santap malam selesai lanjutlah kami membuat api unggun kecil-kecilan, dari kayu kering di tepi pantai yang kami cari pada waktu mendirikan tenda. Walaupun kecil, senggaknya bisa menghangatkan badan ini karena hembusan angin yang cukup memilukan. 

Terima Kasih
PULAU SEMPU, KABUPATEN MALANG

MH. Chifdzuddin
27 Mei 2015 Pukul 23.41 WIB
At STAI YPBWI SURABAYA - Jl. Rewwin No. 156, Wedoro, Waru, Sidoarjo






Kisah Klasik Yang Nyata di Bumi Kelud, Dibalik Musibah ada ke Asyikan yang ku dapatkan

,
Tak kusangka semester ini semakin mendekati finish, lepaslah saya dari jeratan semester 6 dan masuk ke semester 7 bulan september awal ini. Sudah banyak sekali kegiatan menuju puncak keberhasilan di perkuliahan Strata satu ini. Selepas dari dua pakaian Ormawa (Organisasi Mahasiswa), HMJTS (Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil) dan BLM-F (Badan Legislatif Mahasiswa - Fakultas). Langsunglah saya tancap gas untuk fokus menghadapi sisa - sisa perkuliahan ini. Walaupun perasaan ini bercampur aduk antara bangga dan kecewa. Bangganya adalah bisa menjadi bagian Organisasi di Kampus Bela Negara ini, banyak pengalaman di dalamnya. Dan kecewanya adalah nilai kuliah ku selama 2 semester harus merosot ke angka yang tak bisa saya terima. 

Sudah jangan banyak bicara masalah nilai, malulah saya pribadi. Di semester enam, waktu itu lagi musim-musimya KKN di kampus saya. Universitas lewat LPPM (Lembaga Penelitihan dan Pengabdian Masyarakat) menawarkan beberapa jenis model KKN, ada KKN Khusus, KKN Reguler, KKN SIMADA, dan yang terakhir yang di tawarkan adalah KKN Tematik Pasca Bencana. 

Sejujurnya saya sangat - sangat menginginkan KKN SIMADA, kenapa?. Karena KKN ini berada di Perbatasan Indonesia dan Malaysia, yaitu di Kabupatan Entikong, Pulau Kalimantan. Di samping itu saya juga tergiur tantangan yang mungkin tak akan pernah saya lupakan kalau saya jadi mengikuti KKN tersebut. Dari naik Kapal milik TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Laut) sampai menyusuri hutan - hutan alami Indonesia yang mungkin jarang terjamah oleh manusia luar Kalimantan. Dan itu cuma isapan jempol saja. Sebenarnya dosen perwalian saya juga melarang saya untuk KKN itu, karena memang KKN ini harus memakan perkuliahan saya selama 1 bulan lebih. Dan akhirnya saya memilih KKN TEMATIK Pasca Bencana. KKN ini di bentuk atas inisiatif Rektor kami, Bapak. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Sudarto, MT yang terketuk hatinya untuk membantu masyarakat Kediri yang terkenah dampak yang cukup dahsyat letusan Gunung Kelud. Kampus kami lalu berkerjasama dengan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).

Di bulan awal Februari tahun 2013 saat dimana kami anak ingusan keluar dari kampus demi membantu sesama mahluk tuhan. Musibah yang cukup dahsyat yang menggemparkan seluruh jagad negara demokrasi ini. Pujian dari belahan dunia terhadap Indonesia, karena cakap dalam menanggulangi bencana meletusnya gunung kelud tersebut. Solidaritas sesama pun berdatangan dari penjuru ragam etnis maupun ras. Inilah negaraku yang terkenal ramah kepada siapapun, kami berkabung, tangan pun begitu erat memberi semangat kepada korban.

Pemuda seperti kami - kami ini hanya sebagaian dari orang baik di Indonesia maupun di muka bumi ini. Tak hanya kami, pemuda - pemuda lainnya juga datang dari penjuru negara demokrasi ini, khususnya para mahasiswa biasa di mata dosennya dan sangat gokil di mata Tuhannya.

Saat membantu menggantikan genteng yang rusak karena terkena batuan hasil muntahan Gn. Kelud.
3 minggu kami bercengkrama dibumi kelud, membantu terdampak dari segi apapun yang dibutuhkan disana. Yang terkagum-kagum adalah keberagaman didesa tersebut, masjid, pura, gereja dalam satu desa. Tak ada cek-cok antar agama yang seperti di sampit 14 tahun silam. desa ini begitu adem ayem, tentram, dan rukun. Banyak belajar ilmu kehidupan disana yang tidak diajarkan oleh guru dan dosen di tahun kebelakang. Rasa-rasanya ingin berlama-lama di kaki gunung kelud itu. Begitu bersahabat dengan alam, local people yang rama dan yang pasti yang natural-natural ada disana semua. Macet, polusi kendaraan, polusi suara kendaraan tak ada disana, hanya sapaan ngauman sapi dan kerbau, nyanyian angin dan air kemericik, hijauan alam yang sulit dijumpai dikota rantau. Di kaki gunung kelud yang diam yang menenangkan setenang-tenangnya. 

Local people yang bersahabat membuat kami betah. Rambutan, durian, kacang, jagung, sayur mayur, kelengkeng kami merasakan dengan tanpa harga. Padahal yang kami berikan hanya tenaga, untuk membantu beliau-beliau terdampak letusan Gn. Kelud. Bagi mereka  Rambutan, durian, kacang, jagung, sayur mayur, kelengkeng tidak artinya, tapi bagi kami ini adalah sebuah penghargaan yang setinggi-tingginya. Tak ayal kami para sang relawan bersemangat tanpa tanda lelah. Kalau boleh diingat, sehari team kami bisa menyelesaikan 4-6 rumah. Bayangkan kekompakan kami wahai pembaca. Tapi kami tak gentar dan tak lelah, ya itulah solidaritas sesama. Adakalahnya pas kita susah, pasti ada yang membantu kita, walaupun kita tidak tahu kapan momen itu terjadi. Yang pasti mudah-mudahan jangan seperti itu, kalau bisa kitalah yang membantu. Karena tangan diatas jauh lebih mulia daripada tangan dibawah.
Team relawan kala itu, ritual yang tak akan dilupakan setelah selesai memperbaiki rumah warga
 Tak hanya itu, disisi lain setelah melalui seharian berkutat dengan rumah warga yang diperbaiki. Sorenya berbagi keluh kesah dengan para anak-anak terdampak letusan. Kami menularkan ilmu kami di tanah rantau maupun di bangku sekolah. Kami harus berusaha, memberikan kecerian kepada anak-anak kaki Gn. Kelud, sehingga tak ada lagi yang namanya rasa trauma yang menderah di diri masing-masing anak kaki Gn. Kelud. Kami bernyayi, bercanda, bermain bersama di rumah pinjaman dari salah satu warga terdampak. Kami diberikan 3 rumah yang secara gratis diberikan kekami untuk sementara waktu. Begitu baiknya local people, itu mencerminkan negara kita tercinta. 

Inilah anak-anak hebat itu
Tak terasa jemputan kendaraan besi panjang pun datang, terasa aneh kala datangnya barang ciptaan manusia itu datang. Suaranya yang tak bersahabat yang merusak kesunyian alam ini. haru tangis menyertai para anak-anak hebat itu, tak ku sangka, padahal hanya beberapa hari saja, mereka begitu mencintai kami ini. Yang hanya pemuda lugu yang kuat di tanah rantau, dan rapuh ditanah kelud. Begitu banyak kisah asyik, klasik yang kami dapatkan. Tak hanya itu, pelajaran hidup yang begitu wow bagi saya pribadi. Terima Kasih Kepung, Terima Kasih Kediri dan Terima Kasih atas letusanya Gunung Kelud, karena mu banyak hikmah yang saya dapatkan ditanahmu. Musibah adalah hikmah manis didalamnya.


Terima Kasih
Kisah Klasik Yang Nyata di Bumi Kelud, Dibalik Musibah ada ke Asyikan yang ku dapatkan. Thanks a lot.

MH. Chifdzuddin
27 Mei 2015 Pukul 23.09 WIB
At STAI YPBWI SURABAYA - Jl. Rewwin No. 156, Wedoro, Waru, Sidoarjo

You might also like

 

Kubangan Kehidupan Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger Templates

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...